Sudah beberapa tahun ini Pondok
Pesantren Al-Qodir menjadi rumah sementara dalam setiap pelatihan
keorganisasian saya. Muasisnya sangat sederhana dan tidak banyak
"ngendiko" atau dalam bahasa kerennya "tidak banyak
bicara". Beliau sering menekankan dalam "dawuhnya" untuk menjadi
manusia itu jangan "kakean cangkem, neng lakukne mlempem". Beliaulah
Kyai Masrur atau akrabnya sering kita panggil dengan sebutan mbah masrur.
Seringnya kita menyebut beliau dengan sebutan abah. Tipe manusia yang di-isyaratkan
oleh abah yang satu ini membuat berpikir bahwa memang hakikat menjadi manusia
adalah dengan "berbuat". Jika kita tidak bisa berbuat banyak, maka
berbuatlah sedikit atau sebisanya saja. Paling tidak "berbuat" yang
sesuai dengan kadar kemanusiaan kita. Jangan sampai kemudian berhenti dalam
kata "MANDEG".
Kemudian ada yang masih saya
ingat adalah ketita saya menayakan terkait masalah mengapa di tubuh gerakan
yang nota bene bercorak NU belum juga terwujud manajemen keorganisasian yang
baik. Malah sering kali terjebat pada kultur konflik yang membabi buta. Beliau
menjawab, ; "Lha nek wong-wong koyo kowe durung podo neng mesjid, yo
bakalan ngono kuwi". Saya langsung terdiam dan sudah.
Singkat cerita !
Suatu waktu, para peserta
pelatihan sedang menikmati jam istirahat. Saya dan beberapa sahabat, taruhlah
namanya Indra D. Anshori. Tiba-tiba ada santri subversif (Katakanlah setengah
gila) mendekati kami sambil bertanya,
"mas, teman-teman di
organisasi sampeyan itu kalo nyebut "ALLOH" pake TUHAN atau
ALLOH?" ujarnya.
Saya sempat kaget kok bisa santri
subversif (setengah gila) bisa nanya gitu. Kemudian saya jawab,
"Ada yang pake ALLOH, ada juga yang
pake TUHAN. Namun, kebanyakan peke TUHAN", sahut saya.
Santri subversif tadi nambahi
bertanya, ; "Lho kok kebanyakan pake TUHAN?, Semenjak kapan teman-teman
anda nyebut ALLOH kok pake TUHAN?"
Saya terdiam sejenak tiba-tiba
azan ashar berkumandang dan kami memutuskan meninggalkan Santri tadi untuk
sholat ashar berjamaah bareng abah masrur. Nah, sampai sekarang saya masih
punya hutang sama santri tadi untuk menjawab pertanyaannya.
Bagaimana pendapat anda jika
harus anda menjadi orang yang melunasi utang tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar