Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth).
Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia
sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang
ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J.
Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang
bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan
manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan.
Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali.
Pada pertengahan abad
ke-14, di Italia muncul gerakan pembaruan di bidang keagamaan dan
kemasyarakatan yang dipelopori oleh kaum humanis Italia. Tujuan utama gerakan
ini adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan
mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Gerakan ini berusaha
meyakinkan Gereja bahwa sifat pikiran-pikiran klasik itu tidak dapat binasa.
Dengan memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan
kembali Gereja yang terpecah-pecah dalam banyak sekte.
Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.
Zaman renaisans banyak
memberikan perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan
pada hal-hal yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia,
kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia
untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan dan
porsi yang lebih besar, karena ada suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat
menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan pemecahannya. Hal ini
dibuktikan dengan perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan
terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan
adalah, semakin besar kekuasaan akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni
oleh manusia-manusia yang dapat merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal
yang sehat.
Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. Manusia dikenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Zaman ini juga sering
disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia
diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai
kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut
ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya
haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari
sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan
mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen
semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat
terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.
Renaisans tidak lahir
secara kebetulan, tetapi ada pra kondisi yang mengawali terjadinya kelahiran
tersebut. Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
a)
Implikasi yang
sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan
tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa
latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah terjadi
penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu
dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik
Yunani.
Hasil dari penerjemahan karya-karya
Muslim berpengaruh terhadap kurikulum Eropa Barat secara revolusioner. Terutama
di bidang matematika, kedokteran, astronomi, filologi, fisika, ilmu kimia,
geografi, sejarah, musik, teologi, dan filsafat. Transformasi tersebut
menumbuhkan universitas-universitas Eropa abad keduabelas dan ketigabelas. Hal
itu telah menstimulasi perkembangan lebih lanjut teori dan praktik kedokteran,
memodifikasi doktrin-doktrin teologi, memprakarsai dunia baru dalam matematika,
menghasilkan kontroversi baru dalam teologi dan filsafat.
b)
Pasca penaklukan
Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke
Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut menjadi
pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara bahu-membahu
menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan
manuskrip-manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
c) Pendirian
berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya
Akademi Florensia dan College de France di Paris. Dalam universitas-universitas
abad keduabelas dan abad ketigabelas, ilmu pengetahuan telah didasarkan hampir
sepenuhnya pad tulisan-tulisan dari para penulis Muslim atau Yunani,
sebagaimana diterjemahkan dari sumber-sumber bahasa Arab dan Yunani. Ilmu
pengetahuan Muslim Aristotelian tetap merupakan inti dari kurikulum
Universitas Paris hingga abad keenambelas. Tidak sampai pertengahan abad
keenambelas dan datangnya Copernicus dalam astronomi, Paracelsus dalam ilmu
kedokteran dan Vesalius dalam anatomi, ilmu pengetahuan Muslim-Helenistik telah
membuka jalan kepada konsep-konsep baru tentang manusia dan dunianya, sehingga
menimbulkan keruntuhan periode abad pertengahan.
Selain itu, ada
beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti yang dikutip Rizal
Mustansyir, yaitu:
a)
Hubungan antara
kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat para pendeta
mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis
untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di lembaga-lembaga
pendidikan di Prancis.
b)
Perang Salib
(1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan
fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari
berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka
menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
Pada zaman renaisans
ada banyak penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Di antara tokoh- tokohnya
adalah:
1)
Nicolaus
Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di
Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia
mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai
Founder of Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah
pusat jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran
sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu
disebut heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah
perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai
Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan
kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.
2)
Galileo
Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar
di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan
membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah
menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad
raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang
Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan
masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk
Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
3)
Francis
Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus
Inggris. Ia belajar di Cambridge University dan kemudian menduduki jabatan
penting di pemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia
adalah pendukung penggunaan scientific methods, ia berpendapat bahwa
pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia
percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan inductive method,
tetapi lebih dahulu harus membersihkan fikiran dari prasangka yang ia namakan idols
(arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang
kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind.
Pertama, Arca-arca Suku (Idols of the Tribes). Kita condong menerima bukti-bukti dan kejadian-kejadian yang menguntungkan pihak atau kelompok kita (suku atau bangsa). Kedua, Arca-arca Gua (Idols of Cave). Kita cenderung memandang diri kita sebagai pusat dunia dan menekankan pendapat kita yang terbatas. Ketiga, Arca-arca Pasar (Idols of the Market) yang menjadikan kita terpengaruh oleh kata-kata atau nama-nama yang kita kenal dalam percakapan kita sehari-hari. Kita disesatkan oleh kata-kata yang diucapkan secara emosional. Sebagai contoh, dalam Masyarakat (Amerika) kata-kata komunis, radikal dan teroris. Keempat, Arca-arca Panggung (Idols of Theatre) yang timbul karena sikap kita berpegang pada partai, kepercayaan atau keyakinan. Tingkah laku, cara-cara dan aliran-aliran pikiran adalah seperti panggung, dalam arti bahwa mereka membawa kita ke dunia khayal. Akhirnya arca panggung membawa kita kepada kesimpulan yang salah dasar.
Bacon menolak silogisme, sebab dipandang tanpa arti dalam ilmu pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Ia juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan melalui pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun. Dengan demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode induksi modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur ilmiah.
Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.
Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai
kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai
kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang
diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai
sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia,
yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan
berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad
ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi
penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiris.
Daftar
Pustaka
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum.
Cet. V; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Anees, Bambang Q- dan Radea Juli A.
Hambali. Filsafat Untuk Umum. Cet. I; Jakarta: Prenada
Media, 2003.
Media, 2003.
Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah
Filsafat Barat 2. Cet. IX; Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Ravertz, Jerome R. The
Philosophy of Science. Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu dengan judul
Filsafat Ilmu, Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Filsafat Ilmu, Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Mustansyir, Rizal dan Misnal
Munir. Filsafat Ilmu. Cet. VII; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Nakosteen, Mehdi. History of Islamic
Origins of Western Education A. D. 800-1350 with an
Introduction to Medieval Muslim Education. Diterjemahkan oleh Joko S. Kahhar dan Supriyanto
Abdullah dengan judul Kontribusi Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad
kemasan Islam. Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Introduction to Medieval Muslim Education. Diterjemahkan oleh Joko S. Kahhar dan Supriyanto
Abdullah dengan judul Kontribusi Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad
kemasan Islam. Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir,
selanjutnya disebut Rizal, Filsafat Ilmu (Cet. VII; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), h. 58-59.
Pustaka Pelajar, 2008), h. 58-59.
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam
perspektif. Cet. XVI; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar