Jumat, 25 Januari 2013

Teori-Teori


 


Rasionalitas Positif-Negative (J.Hebermass)

Pemikiran Habermas menoleh kedalam dua hal, yakni disatu sisi kepada sistem dengan mekanisme dominasi dan distorsi yang diakibatkannya kepada dunia kehidupan, dan disisi lain kepada perumusan pemikiran untuk menciptakan tatanan yang lebih bermoral.merumuskan dua macam rasionalitas, yakni rasionalitas instrumental, yang merupakan bentuk rasionalitas yang membenarkan sistem penindasan oleh logika sistem administrasi dan ekonomi kapitalis untuk mencapai efiensi dan efektifitas sebesar-besarnya demi keuntungan yang bersifat strategik, dan rasionalitas komunikatif, yang berupaya mewujudkan penciptaan ruang publik kritis dan mempunyai potensi untuk mencapai emansipasi melalui komunikasi yang bebas dominasi dan setara.

Untuk mudahnya, kita bisa membuat distingsi antara rasionalitas negatif, yakni rasionalitas instrumental, dan rasionalitas positif, yakni rasionalitas komunikatif. Akar dari semua permasalahan sosial kontemporer, menurut Habermas, terletak terjadinya distorsi komunikasi yang diakibatkan oleh logika rasionalitas instrumental didalam sistem birokrasi pemerintahan dan sistem ekonomi “merangsek” masuk kedalam dunia kehidupan yang seharusnya bersifat komunikatif”.

Teori hegemoni  (Antonio Gramsci)

Hegemoni adalah dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana kelas yang berkuasa mampu mengadakan kepemimpinan moral dan intelektual (moral and intellectual leadership). hegemoni berlangsung secara ideologis (by ideology),  Ideologi dalam pandangan Gramsci tidak hanya dilandasi oleh sistem ekonomi saja namun tertanam secara dalam dalam semua aktifitas masyarakat. Sehingga, ideologi berartikulasi dalam kehidupan dengan tidak dipaksakan oleh satu kelompok namun adalah menembus dan diluar kesadaran.Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan.


Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai.Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi (masyarakat dominan). Di sini terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa .

Teori Ingatan dan Sejarah Masa Lalu Manusia, Walter Benjamin (1892-1940)

Menurut Benjamin, masa lalu dan masa kini memiliki hubungan sekaligus berada dalam sebuah konstelasi, bukan demi memiliki dirinya sendiri. Masa lalu memiliki potensi sejarah di masa kini dan masa mendatang. Singkatnya, masa lalu sendiri memiliki arti bagi masa kini. Sehinga manusia kini selalu harus mampu merajut relasi yang bermakna dengan pergulatan historis masa lalu dalam wujud sikap solidaritas, yakni kita berjalan maju dalam sejarah dengan “muka menghadap masa lalu dan punggung membelakangi masa depan”.

Paham atau pemikiran Benjamin demikian muncul dari refleksi dirinya atas sejarah kehidupan manusia dalam bentuk kritik dirinya terhadap paham historisisme, yang juga secara khusus ia kenakan kepada diri Horkheimer yang mengatakan bahwa sejarah manusia adalah tertutup-closed. Artinya, sejarah kemanusiaan masa lalu sudah tertutup di masa lalu dan tidak memiliki relevansi apa pun dengan sejarah masa kini.

Teori Keterpisahan Eksistensial (Erich Fromm)

Fromm merumuskan keterpisahan eksistensial ini dalam kecemasan. Ia berusaha mengangkat perasaan cemas dan kekalutan yang dialami manusia bahwa mereka akan ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka kasihi atau mereka akan lebih dulu meningglkan orang-orang terkasihnya. Kecemasan akibat keterpisahan eksistensial ini sama dengan sebuah kesendirian.”

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan mengatasi keterpisahan itu dengan menenggelamkan diri dalam keadaan orgiastik. Mereka menghendaki pengalaman trance untuk melepaskan keterpisahan. Trance ini sendiri bisa melalui dalam diri manusia yakni pada apa yang disebutnya kondisi terdalam kemanusiaan, spiritualitas, atau rohani. Bisa juga dengan bantuan alkohol dan obat bius namun sifatnya sementara. Cara lain adalah melalui aktivitas seksual.

Teori Tindakan komunikatif (Communicative Action Theory), J.Hebermas

Teori tindakan komunikatif menyatakan adanya situasi ideal (ideal speech situation) yang memungkinkan manusia melakukan komunikasi secara terbuka dan setara sebagai basis bagi terciptanya kesungguhan (sincerity), kejujuran (truthfulness) dan interaksi yang intelektual (intelligibility).

Framing Analysis (Erving Goffman 1974)

Goffman bergeser dari cara pandang interaksionisme simbolik menuju studi struktur kehidupan sosial berskala kecil. Ia melakukan kajian atas sekian banyak struktur yang tidak terlihat dalam masyarakat yang membangun kejadian atau tindakan manusia yang bermakna. Kerangka (frame adalah prinsip organisasi yang memberi definisi atas pengalaman kita. Frame memberikan kita asumsi terhadap apa yang kita lihat dalam kehidupan sosial) ”

Public Opinion Theory (Walter Lippmann 1922)

Istilah “komunikasi massa” yang secara umum kita kenal, pada massa itu  belum dikenal, yang digunakan adalah istilah “public opinion”. Lippmann juga menyatakan bahwa peran media massa dalam membentuk opini public. Yang menjadi konsen Lippman adalah kebutuhan akan kebebasan media massa yang secara normative dan public yang terinformasikan.

Symbolik Interactionalism Theory (Mead)

Menurut perspektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut pandang subyek. Teori ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesame.

Makna yang mereka berikan kepada objek berasal dari interaksi sosial dan dapat berubah selama interaksi itu berlangsung. Inti dari teori interaksi simbolik adalah “self” atau diri. Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain ( D. Mulyana, 2001:73 ).

Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu).(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72).

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan . Respon yang mereka hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal ataupun didapat dari proses mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut mendefinisikan apa yang mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah yang dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan sosialnya.

Namun, makna yang merupakan hasil interpretasi individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan dari faktor-faktor yang berkaitan dengan bentuk fisik (benda) ataupun tujuan (perilaku manusia) memungkinkan adanya perubahan terhadap hasil intrepetasi barunya. Dan hal tersebut didukung pula dengan faktor bahwa individu mampu melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berwujud proses membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Individu dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi orang lain, mencari dan memikirkan alternatif kata yang akan ia ucapkan. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar