Rasionalitas
Positif-Negative (J.Hebermass)
Pemikiran
Habermas menoleh kedalam dua hal, yakni disatu sisi kepada sistem dengan mekanisme
dominasi dan distorsi yang diakibatkannya kepada dunia kehidupan, dan disisi
lain kepada perumusan pemikiran untuk menciptakan tatanan yang lebih
bermoral.merumuskan dua macam rasionalitas, yakni rasionalitas instrumental,
yang merupakan bentuk rasionalitas yang membenarkan sistem penindasan oleh
logika sistem administrasi dan ekonomi kapitalis untuk mencapai efiensi dan
efektifitas sebesar-besarnya demi keuntungan yang bersifat strategik, dan
rasionalitas komunikatif, yang berupaya mewujudkan penciptaan ruang publik
kritis dan mempunyai potensi untuk mencapai emansipasi melalui komunikasi yang
bebas dominasi dan setara.
Untuk mudahnya,
kita bisa membuat distingsi antara rasionalitas negatif, yakni rasionalitas
instrumental, dan rasionalitas positif, yakni rasionalitas komunikatif. Akar
dari semua permasalahan sosial kontemporer, menurut Habermas, terletak
terjadinya distorsi komunikasi yang diakibatkan oleh logika rasionalitas
instrumental didalam sistem birokrasi pemerintahan dan sistem ekonomi
“merangsek” masuk kedalam dunia kehidupan yang seharusnya bersifat
komunikatif”.
Teori hegemoni
(Antonio Gramsci)
Hegemoni adalah
dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana kelas yang berkuasa mampu
mengadakan kepemimpinan moral dan intelektual (moral and intellectual
leadership). hegemoni berlangsung secara ideologis (by ideology),
Ideologi dalam pandangan Gramsci tidak hanya dilandasi oleh sistem ekonomi saja
namun tertanam secara dalam dalam semua aktifitas masyarakat. Sehingga,
ideologi berartikulasi dalam kehidupan dengan tidak dipaksakan oleh satu
kelompok namun adalah menembus dan diluar kesadaran.Gramsci menjelaskan bahwa
hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah,
dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan.
Di sini
penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk
persetujuan masyarakat yang dikuasai.Bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas
nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran,
kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus
yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam
pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi (masyarakat dominan). Di sini
terlihat adanya usaha untuk menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang
berkuasa .
Teori Ingatan dan
Sejarah Masa Lalu Manusia, Walter Benjamin (1892-1940)
Menurut
Benjamin, masa lalu dan masa kini memiliki hubungan sekaligus berada dalam
sebuah konstelasi, bukan demi memiliki dirinya sendiri. Masa lalu memiliki
potensi sejarah di masa kini dan masa mendatang. Singkatnya, masa lalu sendiri
memiliki arti bagi masa kini. Sehinga manusia kini selalu harus mampu merajut
relasi yang bermakna dengan pergulatan historis masa lalu dalam wujud sikap
solidaritas, yakni kita berjalan maju dalam sejarah dengan “muka menghadap masa
lalu dan punggung membelakangi masa depan”.
Paham atau
pemikiran Benjamin demikian muncul dari refleksi dirinya atas sejarah kehidupan
manusia dalam bentuk kritik dirinya terhadap paham historisisme, yang juga
secara khusus ia kenakan kepada diri Horkheimer yang mengatakan bahwa sejarah
manusia adalah tertutup-closed. Artinya, sejarah kemanusiaan masa lalu sudah
tertutup di masa lalu dan tidak memiliki relevansi apa pun dengan sejarah masa
kini.
Teori Keterpisahan
Eksistensial (Erich Fromm)
Fromm
merumuskan keterpisahan eksistensial ini dalam kecemasan. Ia berusaha
mengangkat perasaan cemas dan kekalutan yang dialami manusia bahwa mereka akan
ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka kasihi atau mereka akan lebih dulu
meningglkan orang-orang terkasihnya. Kecemasan akibat keterpisahan eksistensial
ini sama dengan sebuah kesendirian.”
Salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan mengatasi keterpisahan itu dengan menenggelamkan diri
dalam keadaan orgiastik. Mereka menghendaki pengalaman trance untuk melepaskan
keterpisahan. Trance ini sendiri bisa melalui dalam diri manusia yakni pada apa
yang disebutnya kondisi terdalam kemanusiaan, spiritualitas, atau rohani. Bisa
juga dengan bantuan alkohol dan obat bius namun sifatnya sementara. Cara lain
adalah melalui aktivitas seksual.
Teori Tindakan
komunikatif (Communicative Action Theory), J.Hebermas
Teori tindakan
komunikatif menyatakan adanya situasi ideal (ideal speech situation) yang
memungkinkan manusia melakukan komunikasi secara terbuka dan setara sebagai
basis bagi terciptanya kesungguhan (sincerity), kejujuran (truthfulness) dan
interaksi yang intelektual (intelligibility).
Framing Analysis (Erving
Goffman 1974)
Goffman
bergeser dari cara pandang interaksionisme simbolik menuju studi struktur
kehidupan sosial berskala kecil. Ia melakukan kajian atas sekian banyak
struktur yang tidak terlihat dalam masyarakat yang membangun kejadian atau
tindakan manusia yang bermakna. Kerangka (frame adalah prinsip organisasi yang
memberi definisi atas pengalaman kita. Frame memberikan kita asumsi terhadap
apa yang kita lihat dalam kehidupan sosial) ”
Public Opinion Theory
(Walter Lippmann 1922)
Istilah
“komunikasi massa” yang secara umum kita kenal, pada massa itu belum
dikenal, yang digunakan adalah istilah “public opinion”. Lippmann juga
menyatakan bahwa peran media massa dalam membentuk opini public. Yang menjadi
konsen Lippman adalah kebutuhan akan kebebasan media massa yang secara
normative dan public yang terinformasikan.
Symbolik
Interactionalism Theory (Mead)
Menurut perspektif
interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut pandang subyek.
Teori ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi
manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Inti pada penelitian ini adalah
mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang
merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan
sesame.
Makna yang
mereka berikan kepada objek berasal dari interaksi sosial dan dapat berubah
selama interaksi itu berlangsung. Inti dari teori interaksi simbolik adalah “self”
atau diri. Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari
interaksi sosial individu dengan orang lain ( D. Mulyana, 2001:73 ).
Makna
adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek,
melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan
karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan
atau peristiwa ( bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa
itu).(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72).
Terbentuknya
makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu yang melakukan
respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam kehidupan sosial selalu
merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku
manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan . Respon yang mereka
hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal ataupun didapat dari proses
mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut mendefinisikan
apa yang mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah yang dapat
memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan sosialnya.
Namun, makna
yang merupakan hasil interpretasi individu dapat berubah dari waktu ke waktu,
sejalan dengan perubahan dari faktor-faktor yang berkaitan dengan bentuk fisik
(benda) ataupun tujuan (perilaku manusia) memungkinkan adanya perubahan terhadap
hasil intrepetasi barunya. Dan hal tersebut didukung pula dengan faktor bahwa
individu mampu melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya
sendiri. Proses mental tersebut dapat berwujud proses membayangkan atau
merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Individu dapat melakukan antisipasi
terhadap reaksi orang lain, mencari dan memikirkan alternatif kata yang akan ia
ucapkan. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar