Perjuangan Merebut Kekuasaan [1]
Di hadapan kita adalah sebuah selebaran mengenai program dan taktik kami yang berjudul: Tugas-Tugas Yang Dihadapi Kaum Proletar Rusia – Sebuah Surat Kepada Kamerad-Kamerad di Rusia. Dokumen ini ditandatangani oleh P. Axelrod[2], Astrov, A. Martynov, L. Martov dan S. Semkovsky.
Di hadapan kita adalah sebuah selebaran mengenai program dan taktik kami yang berjudul: Tugas-Tugas Yang Dihadapi Kaum Proletar Rusia – Sebuah Surat Kepada Kamerad-Kamerad di Rusia. Dokumen ini ditandatangani oleh P. Axelrod[2], Astrov, A. Martynov, L. Martov dan S. Semkovsky.
Masalah revolusi digaribawahi di dalam ‘surat’ ini secara sangat
umum; kejelasan dan ketelitian di dalam analisa menghilang seiring para
penulis surat ini berpaling dari penjelasan situasi yang diciptakan
oleh peperangan ke prospek politik dan kesimpulan taktikal; terminologi
menjadi cair dan definisi sosial menjadi ambigu.
Dari luar negeri, tampaknya ada dua mood yang mendominasi: pertama,
kekawatiran akan pertahanan nasional – dari keluarga Romanov[3] sampai ke Plekhanov[4]
- dan kedua, ketidakpuasan yang universal – dari oposisi birokratis
sampai ke kerusuhan massa di jalanan. Dua mood ini juga menciptakan
sebuah ilusi akan sebuah kebebasan popular di masa mendatang yang akan
lahir dari pertahanan nasional. Tetapi kedua mood ini bertanggungjawab
terhadap ketidakjelasan dalam analisa masalah ‘revolusi popular’, bahkan
ketika masalah ini dibandingkan dengan ‘pertahanan nasional’.
Peperangan ini sendiri, dengan kekalahan-kekalahannya, belumlah
menciptakan problem revolusioner atau kekuatan revolusioner untuk
solusinya. Bagi kita, sejarah tidaklah mulai dari penyerahan Warsaw ke
tangan Pangeran Bavaria. Kontradiksi-kontradiksi revolusioner dan
kekuatan-kekuatan sosial masihlah sama seperti yang kita temui pertama
kali pada tahun 1905, yang hanya termodifikasi dengan besar selama 10
tahun terakhir. Peperangan ini hanya menunjukkan secara mekanikal dan
secara jelas kebangkrutan objektif rejim ini. Pada saat yang sama,
peperangan ini telah membawa kebingungan ke dalam kesadaran sosial
massa, dimana ‘setiap orang’ tampaknya terinfeksi dengan hasrat untuk
melawan Hindenburg[5] dan juga terinfeksi dengan kebencian terhadap rejim 3 Juni[6].
Tetapi seiring dengan kenyataan bahwa organisasi dari ‘perang rakyat’
dari awal sudah berhadapan dengan polisi-polisi Tsar, dan oleh
karenanya menunjukkan bahwa Rejim 3 Juni ini adalah sebuah kenyataan
dan ‘perang rakyat’ ini adalah sebuah fiksi, maka pendekatan pada
‘revolusi rakyat’ dihadapkan dengan polisi sosialis Plekhanov, yang
bersama-sama dengan kelompoknya akan tampak seperti sebuah fiksi bila
di belakangnya tidak berdiri Kerensky, Milyukov, Guchkov, dan umumnya
kaum demokrat-nasional dan kaum liberal nasional yang non-revolusioner
dan anti-revolusioner.
‘Surat’ tersebut tentu saja tidak bisa mengabaikan divisi kelas di
dalam bangsa, atau bahwa bangsa ini harus menyelamatkan dirinya dari
konsekuensi peperangan dan rejim ini melalui revolusi. “Kaum
nasionalis, Oktobris[7], progresif, Kadet[8],
industrialis, dan bahkan sebagian (!) kaum intelektual radikal
bersama-sama menyatakan bahkan para birokrat tidak mampu mempertahankan
negara ini, dan menuntut mobilisasi kekuatan-kekuatan sosial untuk
pertahanan negara ini …”
Surat tersebut menarik kesimpulan yang tepat
akan karakter anti-revolusioner dari posisi tersebut, yang berarti
“persatuan dengan penguasa Rusia sekarang, dengan kaum birokrat, kaum
ningrat, dan para jendral, demi pertahanan Negara.” Surat tersebut juga
menunjukkan dengan tepat karakter anti-revolusioner dari “semua kaum
patriot-borjuis”; dan boleh kita tambahkan, karakter anti-revolusioner
dari kaum patriot-sosial, yang tidak disebut sama sekali di dalam surat
tersebut.
Dari sini, kita harus menarik kesimpulan bahwa partai Sosial-Demokrat
bukan hanya partai revolusioner yang paling logis, tetapi partai ini
juga adalah satu-satunya partai revolusioner di negeri ini; bahwa, di
sekiling mereka terdapat bukan hanya partai-partai yang kurang tegas
dalam mengimplementasi metode-metode revolusioner, tetapi juga
partai-partai non-revolusioner. Dalam kata lain, di dalam caranya yang
revolusioner dalam mengedepankan masalah-masalah politik, Partai
Sosial-Demokrat cukup terisolasi di arena politik terbuka, walaupun terdapat ketidakpuasan rakyat yang universal . Kesimpulan pertama ini harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati.
Tentu saja, partai bukanlah kelas. Antara posisi sebuah partai dan
kepentingan strata sosial yang ia wakilkan, mungkin terdapat sebuah
ketidakharmonisan tertentu yang kemudian dapat berubah menjadi
kontradiksi yang tajam. Aksi sebuah partai dapat berubah di bawah
pengaruh emosi massa. Ini tidak dapat dibantah. Di dalam perhitungan
kami, semakin banyak alasan bagi kami untuk berhenti mengandalkan
elemen-elemen yang kurang stabil dan kurang dipercaya seperti
slogan-slogan dan taktik-taktik sebuah partai, dan mengandalkan
faktor-faktor historis yang lebih stabil: struktur sosial bangsa,
relasi kekuatan-kekuatan kelas dan tendensi-tendensi perkembangan
revolusi.
Akan tetapi, penulis ‘surat’ tersebut menghindari
pertanyaan-pertanyaan ini sepenuhnya. Apa ‘revolusi rakyat’ Rusia tahun
1915 ini? Penulis surat tersebut hanya mengatakan kepada kita bahwa
revolusi rakyat ini ‘harus’ diciptakan oleh kaum proletar dan
demokrasi. Kita tahu apa proletariat itu, tetapi apa ‘demokrasi’ ini?
Apakah ini adalah sebuah partai politik? Dari yang sudah dipaparkan di
atas, jelas-jelas bukan. Lalu, apakah ini adalah rakyat? Rakyat apa?
Jelas-jelas, bagi penulis surat tersebut ini adalah kaum borjuis
industri dan komersil kecil, kaum intelektual dan kaum tani.
Di dalam sebuah rangkaian artikel berjudul “Krisis Peperangan dan
Prospek-Prospek Politik”, kita telah memberikan sebuah estimasi umum
akan kemungkinan revolusioner dari kekuatan-kekuatan sosial ini (kaum
borjuis industri dan komersil kecil, kaum intelektual dan kaum tani –
Ed). Berdasarkan pengalaman revolusi yang lalu, kita selidiki
perubahan-perubahan terhadap relasi kekuatan sosial selama sepuluh
tahun ini semenjak 1905: apakah perubahan-perubahan ini mendukung demokrasi (baca demokrasi borjuis) atau melawannya?
Ini adalah pertanyaan sejarah yang utama untuk menentukan prospek
revolusi dan taktik kaum proletar.
Apakah demokrasi borjuis di Rusia
telah menjadi lebih kuat semenjak 1905, atau ia justru menjadi lebih
lemah? Semua diskusi kita sebelumnya berkutat seputar masalah nasib
demokrasi borjuis, and mereka yang masih tidak mampu menjawab pertanyaan
ini adalah mereka yang meraba-raba di dalam kegelapan. Kita jawab
pertanyaan ini dengan menyatakan bahwa sebuah revolusi borjuis nasional adalah mustahil di Rusia karena tidak terdapat demokrasi borjuis revolusioner yang sejati.
Waktu untuk revolusi nasional telah lewat – setidaknya untuk Eropa –
seperti halnya waktu untuk peperangan nasional telah lewat. Antara satu
sama lain ada sebuah koneksi yang inheren. Kita hidup di sebuah era
imperialisme yang bukanlah hanya sebuah sistem penaklukan koloni,
tetapi juga sebuah rejim yang pasti di negara asalnya. Ini tidak membuat
kaum borjuis nasional bertentangan dengan rejim yang lama, tetapi
membuat kaum proletar bertentangan dengan kaum borjuis nasional.
Para artisan[9]
borjuis kecil dan pedagang borjuis kecil memainkan peran yang kecil di
dalam revolusi 1905. Tidak dapat dibantah bahwa bobot sosial dari kelas
ini telah menurun lebih jauh selama 10 tahun terakhir ini. Kapitalisme
di Rusia memukul kelas-kelas menengah lebih radikal dan lebih parah
dibandingkan di negara-negara dengan perkembangan ekonomi yang lebih
tua. Jumlah kaum intelektual telah meningkat, dan peran ekonominya juga
telah meningkat. Tetapi pada saat yang sama, bahkan ‘keindependenan’
mereka yang maya yang mereka miliki sebelumnya telah menghilang
sepenuhnya. Bobot sosial mereka sepenuhnya ditentukan oleh fungsinya
dalam mengorganisir industri kapitalis dan opini publik borjuis.
Hubungan materialnya dengan kapitalisme telah merendam mereka dengan
tendensi-tendensi imperialis. Seperti yang sudah dikutip, ‘surat’
tersebut mengatakan: “bahkan sebagian kaum intelektual … menuntut
mobilisasi kekuatan-kekuatan sosial untuk pertahanan bangsa”. Ini sama
sekali tidak benar, buat sebagian, tetapi seluruh
kaum intelektual radikal. Bahkan, bukan hanya seluruh kaum intelektual
radikal, tetapi juga cukup banyak atau sebagian besar kaum intelektual
sosialis. Dengan mengekspos karakter kaum intelektual, kita sama sekali
tidak menaikkan prestige dari ‘demokrasi’.
Oleh karena itu, bobot sosial dari kaum borjuis industrial dan
komersil telah menurun bahkan lebih jauh dan pada saat yang sama kaum
intelektual telah meninggalkan posisi revolusioner mereka. Demokrasi
urban sebagai sebuah faktor revolusioner tidak pantas disebut sama
sekali. Tinggal kaum tani yang tersisa, tetapi sejauh yang kita
ketahui, Axelrod dan Martov tidak pernah memiliki harapan besar
terhadap peran revolusioner independen mereka. Apakah mereka telah
mencapai kesimpulan bahwa divisi kelas yang tidak pernah berhenti di
antara para petani selama 10 tahun terakhir ini telah meningkatkan
peran revolusioner mereka? Pemikiran semacam ini merupakan kontradiksi
terhadap semua kesimpulan teori dan semua pengalaman sejarah.
Tetapi, bila demikian, ‘demokrasi’ macam apa yang dimaksud oleh surat
tersebut? Dan apa yang mereka maksud dengan ‘revolusi rakyat’?
Slogan majelis konstituante mensyaratkan sebuah situasi revolusioner.
Apakah ada situasi semacam ini? Ya, tetapi ini tidak terekspresikan di
dalam kelahiran sebuah demokrasi borjuis yang mereka kira telah siap
dan mampu berhadapan dengan Tsarisme. Sebaliknya, bila ada satu hal
yang telah ditunjukkan dengan jelas oleh perang ini, yakni bahwa tidak
akan sebuah demokrasi revolusioner di dalam negeri ini.
Usaha rejim 3 Juni untuk menyelesaikan masalah revolusi internal
dengan jalan imperialisme telah mengakibatkan sebuah kegagalan yang
jelas. Ini bukan berarti bahwa partai-partai yang bertanggungjawab atau
setengah bertanggungjawab akan rejim 3 Juni ini akan mengambil jalan
revolusi. Tetapi ini berarti bahwa masalah revolusi yang terkuak secara
terbuka oleh malapetaka militer ini, yang akan mendorong kelas
penguasa lebih jauh ke jalan imperialisme, melipatgandakan pentingnya
satu-satunya kelas yang revolusioner di negeri ini.
Rejim 3 Juni ini tergoncang, tercabik-cabik oleh pertentangan dan
konflik internal. Ini bukan berarti kalau kaum Oktobris dan Kadet
mempertimbangkan masalah kekuasaan revolusioner dan bersiap-siap
merebut posisi kaum birokrat dan kaum ningrat. Tetapi ini berarti bahwa
kekuatan pemerintahan untuk melawan tekanan revolusioner niscaya telah
melemah untuk sementara.
Monarki dan birokrasi telah terdiskreditkan, tetapi ini bukan berarti
mereka akan menyerah tanpa sebuah perlawanan. Pembubaran Duma dan
perubahan kabinet terakhir ini menunjukkan kepada siapa saja yang
meragukan kebenaran dari asumsi ini. Tetapi ketidakstabilan politik
birokrasi, yang akan menjadi semakin tidak stabil, akan benar-benar
membantu mobilisasi revolusioner kelas proletar oleh kaum Sosial
Demokrat.
Kelas-kelas bawah di kota-kota dan desa-desa akan semakin lelah,
tertipu, tidak puas, dan marah. Ini bukan berarti bahwa sebuah kekuatan
demokrasi revolusioner yang independen akan beroperasi berdampingan
dengan proletar. Karena tidak ada material sosial dan kepemimpinan
untuk kekuatan semacam itu. Tetapi ini niscaya berarti bahwa
ketidakpuasan yang dalam dari kelas-kelas bawah ini akan membantu
tekanan revolusioner dari kelas proletar.
Semakin kaum proletar tidak menunggu kehadiran demokrasi borjuis,
maka semakin mereka tidak beradaptasi pada kepasifan dan limit-limit
kaum borjuis kecil dan kaum tani, semakin tegas dan keras
perjuangannya, semakin jelas kesiapannya untuk berjuang hingga akhir
(yakni hingga perebutan kekuasaan), dan semakin besar kesempatannya pada
momen-momen yang menentukan untuk menarik massa non-proletar di
belakangnya. Tentu saja kita tidak akan mencapai apapun hanya dengan
memajukan slogan-slogan seperti “penyitaan tanah”, dll. Ini terutama
sangat benar dalam hal meraih dukungan tentara, yang menentukan jatuh
bangunnya sebuah pemerintahan. Massa tentara hanya akan mendukung kelas
revolusioner bila mereka yakin kalau kelas tersebut bukan hanya
mengeluh dan berdemonstrasi, tetapi kelas tersebut berjuang untuk
merebut kekuasaan dan memiliki kemungkinan untuk menang. Ada sebuah
masalah objektif revolusioner di negara ini – masalah kekuasan politik –
yang telah terpapar secara jelas oleh peperangan dan
kekalahan-kekalahan perang. Ada sebuah kekacauan yang semakin besar di
dalam tubuh kelas penguasa. Ada sebuah ketidakpuasan yang semakin besar
dari massa perkotaan dan pedesaan. Tetapi satu-satunya faktor
revolusioner yang dapat memanfaatkan kesempatan dari situasi ini adalah
kaum proletar – dan sekarang lebih besar kesempatan tersebut
dibandingkan pada tahun 1905.
Dalam satu kalimat, ‘surat’ tersebut tampaknya mendekati poin utama
dari masalah ini. ‘Surat’ tersebut menyatakan bahwa kaum pekerja Sosial
Demokrat Rusia harus “memimpin perjuangan nasional ini untuk
menggulingkan rejim 3 Juni”. Apa arti “perjuangan nasional” ini sudah
kita indikasikan. Akan tetapi bila “memimpin” bukan sekadar berarti
bahwa kaum pekerja yang maju harus menumpahkan darah mereka tanpa
bertanya untuk tujuan apa, tetapi itu berarti bahwa kaum buruh harus
mengambil kepemimpinan politik dari seluruh perjuangan, yang terutama akan merupakan sebuah perjuangan proletariat, maka jelaslah bahwa kemenangan
dari perjuangan ini harus mentransfer kekuasaan ke kelas yang telah
memimpin perjuangan ini, yakni kaum proletar Sosial-Demokrat.
Oleh karena itu, masalah ini bukan hanya sekadar sebuah “pemerintahan
provisional revolusioner” – sebuah frase kosong yang harus diberikan
isi oleh proses sejarah, tetapi masalah ini adalah mengenai sebuah “pemerintahan buruh revolusioner”,
perebutan kekuasaan oleh kaum proletar Rusia. Tuntutan-tuntutan untuk
sebuah majelis konstituante nasional, sebuah republik, 8-jam kerja,
penyitaan tanah dari para tuan tanah, hak bangsa untuk menentukan
nasibnya sendiri, dan sebuah Uni Eropa akan memainkan sebuah peran
agitasi yang besar bagi kaum Sosial Demokrat. Tetapi revolusi adalah
pertama-tama mengenai kekuasaan. – bukan mengenai bentuk negara (majelis
konstituante, republik, serikat bangsa) tetapi mengenai isi dari
pemerintahan. Tuntutan-tuntutan untuk sebuah majelis konstituante dan
penyitaan tanah di bawah situasi sekarang ini akan kehilangan semua
makna revolusionernya tanpa kesiapan kaum proletar untuk berjuang demi
perebutan kekuasaan. Karena bila kaum proletar tidak merebut kekuasaan
dari tangan monarki, maka pihak yang lain akan melakukan ini.
Tempo dari proses revolusi ini adalah sebuah masalah yang spesial.
Ini tergantung dari faktor-faktor militer dan politik, nasional dan
international. Faktor-faktor ini dapat memperlambat atau mempercepat
perkembangan revolusi, dapat membantu kemenangan revolusi atau
menyebabkan kekalahan revolusi. Tetapi apapun kondisinya, kaum proletar
harus melihat dengan jelas jalan yang harus ditempuhnya dan
menempuhnya dengan sadar. Dan yang terutama sekali, ia harus bebas dari
ilusi-ilusi. Dan ilusi terburuk dari dalam seluruh sejarahnya, yang
sampai sekarang masih diderita oleh kaum proletar, adalah ilusi
ketergantungan kepada orang lain.
Catatan
Buku Revolusi Permanen Trotsky
[1] Bab ini disadur dari artikel saya di koran Nashe Slovodi Paris, 17 Oktober, 1915 – Catatan Leon Trotsky
[2]
Pavel Axelrod (1850-1928) adalah salah satu pendiri Kelompok
Emansipasi Buruh. Setelah Kongres Kedua PBSDR dia bergabung dengan
Menshevik. Dia menjadi kaum sentris selama Perang Dunia Pertama .
[3]
Keluarga Romanov adalah keluarga dinasti terakhir di Rusia, yang
menguasai Rusia dari tahun 1613 hingga 1917, dimana kerajaan Tsar
Nicholas II ditumbangkan oleh Revolusi Oktober 1917.
[4]
Georgi Valentinovich Plekhanov (1856-1918) adalah salah satu pendiri
organisasi Marxis pertama di Rusia: Kelompok Emansipasi Buruh (Emancipation of Labour). Plekhanov juga pernah menjadi anggota Partai Peoples Will.
Setelah perpecahan di Kelompok Emansipasi Buruh, Plekhanov kemudian
bergabung dengan Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia. Saat PBSDR
pecah, Plekhanov bergabung dengan Menshevik dan menentang Revolusi
Oktober 1917.
[5]
Paul von Hindenburg (1947-1934) adalah seorang Jendral dari Jerman di
dalam Perang Dunia Pertama dan lalu menjadi presiden Jerman dari tahun
1925-1934.
[6]
Pada tanggal 3 Juni 1907, Perdana Menteri Stolypin menangkap 55 deputi
Sosial Demokrat dan membubarkan parlemen Duma, dan lalu menulis ulang
hukum elektoral yang memberikannya keunggulan. Rejim ini lalu dikenal
sebagai rejim 3 Juni
[7] Persatuan 17 Oktober yang anggotanya dikenal sebagai kaum Oktober, adalah sebuah organisasi kaum borjuis besar.
[8] Partai Kadet (Constitutional Democrats) dibentuk pada bulan Oktober 1905. Juga dikenal sebagai “Party of the People’s Freedom”.
Partai Kadet adalah partainya kaum borjuis liberal Rusia yang
menyerukan untuk mempertahankan monarki namun dengan mendirikan tatanan
parlemen diseluruh Rusia. Selama Revolusi Februari 1917, partai Kadet
beberapa kali mencoba untuk menyelamatkan monarki namun gagal. Setelah
Revolusi Oktober 1917, mereka dibantu tentara Perancis, Amerika Serikat,
Jepang dan Inggris menginvasi Uni Soviet. Setelah kekalahan tentara
putih pada tahun 1922, para Kadet lari keluar negeri. Beberapa
anggotanya terus membantu kaum Imperialis dalam usaha untuk
menggulingkan pemerintahan Soviet.
[9]
Artisan adalah pekerja kesenian yang merupakan kelompok produsen
mayoritas sebelum revolusi industri. Mereka memproduksi barang-barang
dari keramik, kayu, metal, tekstil, kulit, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar