Minggu, 02 Desember 2012

Politic is not Dirty


Politik dalam persfektif Mahasiswa
Politik, satu terminologi yang pada saat ini menjadi aspek yang dianggap sangat urgen dikaji kembali bagi organisasi berbasis insan terpelajar perguruan tinggi(mahasiswa).  Eksistensi material dari terminologi politik yang terjelma dalam realita kehidupan kampus dan berbangsa serta bernegara mengakibatkan lahir beberapa persepsi terhadap aspek yang tidak bisa dihindarkan ini. Hingga kini realita kampus memperlihatkan sebagian mahasiswa bahkan dari kalangan aktivis memiliki penilaian negatif terhadap politik. Merasa apatis, gerah, benci mendengar istilah politik menjadi popular feeling civitas akademika. Mereka menganggap dunia politik sebagai dunia kekerasan, penipuan, penderitaan dan sebagainya. Jelasnya, keadaan ini membawa Implikasi kepada pelaksanaan beberapa agenda yang menjadi basic need bagi mahasiswa sebagai agent social of change, salah satunya  kegiatan LKM yang merupakan upaya konsientisasi terhadap realita kampus yang menindas yakni, pendidikan politik, kepemimpinan dan lain-lainnya.

Sedangkan mahasiswa yang lainnya sangat antusias berproses dalam dunia ini, ada kepentingan-ideologik yang diperjuangkan dan diyakini bisa menjawab keadaan kampus dengan berbagai problemanya walaupun politik skill yang mereka miliki ala kadarnya. Dan dalam perjalanannya tak jarang dari mereka mengalami fluktuasi ghiroh dalam menjalani segala bentuk aktivitas politik di ruang kampus. Sebagian dari mereka tetap tegar dan terus melakukan aktivitas politik sementara yang lain memilih   menyingkir dari dunia politik ini.       

Reintrepetasi Terhadap Politik Sebagai upaya massifikasi gerakan

Politik diartikan sebagai as a power, politik adalah kekuasaan, politik selalu diorientasikan pada tujuan pencapaian kekuasaan. Hampir senada dengan pendapat terminologi politik kontemporer tersebut, Miriam Budiardjo dalam bukunya “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, memberikan definisi politik sebagai cara, metode, alat, “seni” bagaimana memperoleh kekuasaan, bagaimana menjalankan kekuasaan, serta bagaimana mempertahankan kekuasaan.

Berdasarkan sejarah, politik merupakan ilmu yang paling tua. Politik lahir ketika manusia mengenal hidup bermasyarakat, bersosialisasi, berinteraksi satu sama lain, serta ketika sekelompok manusia mampu mempengaruhi kelompok atau elemen manusia lainnya. Jika demikian adanya, maka politik adalah kodrat, politik merupakan sifat manusia yang terbawa akibat sosial entitasnya. Pada dasarnya politik adalah suci, yaitu untuk kesejahteraan, kemakmuran dam keamanan umat manusia (social welfare). Kekotoran politik muncul ketika proses: “Bagaimana memperoleh kekuasaan, bagaimana menjalankan kekuasaan, serta bagaimana mempertahankan kekuasaan” dan proses-proses tersebut dilaksanakan dengan cara/metode yang salah, kotor, penuh kecurangan dan pengkhianatan.[1]

Politic is good choice

Bagi kalangan mahasiswa kampus adalah miniatur negara. Menganut demokrasi sebagai asas yang fundamental dan menerimanya sebagai sistem politik negara berimplikasi penerapan demokrasi di dunia kampus. Dalam ruang ini mahasiswa belajar hidup berdemokrasi, menjalani kehidupan mahasiswa dengan mengintegralkan prinsip demokrasi ke dalam berbagai bentuk aktivitas.

Ketika kampus diyakini sebagai negara mini yang melandaskan sistem politiknya pada demokrasi maka keberadaan lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif (Trias Politika) adalah urgen. Lembaga ini merupakan lembaga yang mengakomodir keinginan dan pemberdayaan mahasiswa. Jelasnya mencapai semua itu memiliki mekanisme dan syarat-syarat tertentu.

Bagi PMII kampus adalah ruang relasi kuasa makna. Kampus dimaknai sebagai wahana transformasi sosial, ruang pemberdayaan kader, pertarungan ideologi, tempat mengibarkan bendera kedamaian, kesejahteraan dan humanistik. Mengingat begitu pentingnya posisi kampus di mata PMII, kader-kader  berupaya menciptakan ruang-ruang konsientisasi di tengah mistifikasi, dimana mahasiswa terlena dengan mitos yang disampaikan, perubahan nalar mahasiswa yang menjadi instan serta semakin menyebarnya budaya kost, masuk kelas, kantin kemudian pulang ke kost di kalangan mahasiswa.

Berdasarkan asumsi bahwa ruang kampus dengan segala bentuk aktivitasnya bukanlah bebas nilai dalam ruang itu terdapat berbagai kepentingan dari berbagai kalangan baik dari mahasiswa maupun dari birokratis kampus maka PMII sebagai organisasi yang memiliki ideologi berusaha mengcounter hegemoni, melawan dominasi dan menyelesaikan permasalahan kampus.

Untuk melakukan semua itu PMII sangat perlu terlibat aktif. Di samping melakukan gerakan diaspora dengan bergerak di luar struktur, PMII juga merebut sistem kampus. Hal ini tak terlepas urgensi sistem kampus bagi pemberdayaan kader dan mahasiswa ketika melihat berbagai macam kecenderungan mereka

Untuk menduduki jabatan politik tersebut (eksekutif dan legislatif) dibutuhkan partai politik. Dalam kampus UIN Sunan Kalijaga terdapat beberapa partai seperti PRM, partai mawar, PSK, Pas dan lain-lainnya. Parpol merupakan prasyarat utama bagi pengembangan dan bekerjanya demokrasi. Pengembangan demokrasi merupakan cita-cira dari gerakan reformasi. Parpol merupakan sarana politik bagi mahasiswa untuk melaksanakan kedaulatannya.

Dasar-dasar Politik
     Dasar-Dasar Ilmu Politik membahas konsep-konsep seperti politik, kekuasaan, dan pembuatan keputusan. Di sini, para mahasiswa serta masyarakat umum yang berminat dalam dunia ilmu politik juga mempelajari fungsi undang-undang dasar, kelompok-kelompok politik, dewan perwakilan rakyat, demokrasi, serta hak-hak asasi manusia.

Daftar Pustaka
Nukhtoh Arfawie Kurde. Edit. Mursyid.Telaah Kritis Teori Negara Hukum. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar